Baru-baru saja kita dengar meletusnya Gunung Agung di Bali. Dan tentunya itu membuat penerbangan pesawat banyak dihentikan…. Mengapa?
Abu vulkanik terdiri dari partikel-partikel batuan kecil yang kasar, mineral, dan kaca vulkanik. Tidak ada yang terbang hilang lenyap ditelan asap dari api. Abu vulkanik itu keras, kasar, dan tidak dapat larut dalam air. Menurut National Geographic Society, partikel abu vulkanik itu sekitar 2 milimeter.
Sementara hal ini jarang terjadi, erupsi vulkanik jika terjadi akan sangat mengganggu jika abu tersebut setinggi awan di tingkat penerbangan Karena ini dapat mempengaruhi sebagian besar komponen pesawat terbang. Ahli meteorologi di seluruh dunia selalu melacak perkembangan aktivitas gunung berapi dan awan abu untuk selalu mengingatkan dan mengeluarkan pemberitahuan dan larangan terbang ke pilot dan maskapai penerbangan jika hal itu terjadi.
Meskipun begitu dengan pembatasan penerbanganpun, insiden masih saja bisa terjadi. Survei USGS ini mendokumentasikan 79 kejadian antara pesawat dan abu vulkanik dari tahun 1953 hingga 2009.
Pada tahun 2010, semburan yang dimuntahkan oleh gunung berapi Eyjafjallajokull di Islandia menyebabkan gangguan yang sangat besar dan menghentikan penerbangan pesawat kurang lebih 100.000 penerbangan internasional, dan merugikan biaya maskapai penerbangan lebih dari $ 3,1 miliar. Awan abu vulkanik dapat menyebar di ribuan miles, tergantung pada pola angin dan stabilitas atmosfer, diman itu membuat akan sangat sulit diprediksi.
Berikut gambar satelit dari letusan gunung berapi Chili:
Jadi, Apa Yang Terjadi Ketika Mesin Jet terbang melewati Abu Vulkanik?
Menurut penelitian USGS, suhu leleh material silikat kaca dalam awan abu lebih rendah dari suhu pembakaran pada mesin jet modern. Disinilah masalahnya: partikel abu tersedot ke dalam mesin dapat meleleh dan menumpuk sebagai timbunan yang terpadatkan kembali di bagian-bagian mesin yang lebih dingin. Kaca dapat menurunkan kinerja mesin sampai ke titik henti di dalam kabin kompresor dan kehilangan daya dorong.
Di bawah ini, Anda dapat melihat endapan abu vulkanis yang meleleh dan berkilauan di bagian depan dari baling-baling turbin bertekanan tinggi.
Abu Tidak Hanya Mempengaruhi Mesin
Selain merusak mesin jet, partikel abu dapat mengikis permukaan yang terdepan, termasuk kaca jendela, permukaan pesawat, dan bilah kipas kompresor. Kontaminasi abu juga dapat menyebabkan kegagalan navigasi yang parah dan instrumen operasional yang lain.
Hal ini akan menyumbat tabung pitot dan port statis, yang akan menghasilkan kecepatan udara yang salah dan indikasi ketinggian yang tidak tepat. Dan hal Itu juga mempengaruhi kabin juga. Abu dapat menyusup ke ventilasi dan sistem tekanan pesawat, mengisi kabin pesawat dengan kabut belerang.
Kaca depan yang rusak dari Boeing 747 akibat letusan Gunung Redoubt pada tanggal 15 Desember 1989 digambarkan di bawah ini. Sisi kanan kaca yang buram hampir sepenuhnya mengaburkan kemampuan pilot untuk melihat keluar. Di sebelah kiri, sisi yang lebih jelas, yang kurang terabrasi hanya menerima pukulan sekilas dari partikel abu saat pesawat terbang melalui awan abu. Para awak kehilangan dorong dari keempat mesin selama melewati abu vulkanik, dan untungnya berhasil mendarat di Jakarta.
Abu vulkanik adalah barang yang sangat menjijikan. Jika Anda pernah mengalami keadaan dimana dekat dengan letusan, jangan sekali-kali melawan alam. Buat pengalihan arah menghindari sekitar awan abu, dan jagalah agar mesin dan pesawat Anda berjalan dengan lancar.
Silakan Join https://bit.ly/2MMdRH3 untuk artikel-artikel seperti ini